Wednesday, March 10, 2010

Pendampingan Pertama


Selasa, 9 Market 2010
Hari pertama pendampingan. Masih deg-deg an, kira-kira seperti apa ya respons dari anak-anak? Setelah sempat gagal dengan program pendampingan anak jalanan, agak khawatir dengan kemungkinan yang kedua ini. Semua yang direncanakan tidak mudah untuk dilaksanakan.
                Tepat jam 04.00, setelah berbecak ria dari kampus dengan puan, teman kantor yang bersedia ikut mengajar, tibalah kami di tempat tujuan. Senang sekaligus takut puan bisa ikut. Senang karena ada bala bantuan untuk mengajar, takut karena sebelumnya puan sempat ikut menunggui anak-anak jalanan sampe sore, tapi anak-anak itu tidak datang. Malu kalau  kali ini sampai gagal lagi…
                Baru tiba di depan gang, seorang ibu tersenyum pada kami dan menyapa, “ yang mau ngasih les ya dek?  Anak saya boleh ikut? Di tempat pak kepling kan?”. Tepat di samping ibu itu, berdiri seorang anak perempuan dengan bedak yang berserak di wajahnya, melihat kami sambil memeluk sebuah buku tulis. Belakangan kami tahu namanya Rani. “Oh, boleh buk,tapi kami mau ketemu Kak Entik dulu”. Kak Entik  adalah pembantu yang bekerja di rumah Dhina, salah satu staf OSF dan sekaligus jadi penghubung kami dengan anak-anak ini.
                Setelah bertemu Kak Entik, kami dibawa ke rumah abangnya, karena menurutnya rumahnya terlalu kecil. Rumah  abang Kak Entik ini juga tidak terlalu besar. Di dalam ruangan tamu ada satu meja sofa sederhana, dengan satu meja, plus tikar  yang tergulung di salah satu sudut ruangan. Di dinding masih tertempel kertas karton besar bertuliskan “SELAMAT ULANG TAHUN KE 4, ADINDA ZAHRA”
                Tidak sampai 5 menit, datang Rani beserta seorang anak laki-laki yang usianya tampaknya tidak jauh berbeda dengan Rani. Setelah bertanya-tanya sebentar, brtambahlah informasi mengenai keduanya. Anak laki-laki tadi, bernama Nanda. Siswa MIN kelas 1. Keduanya duduk di kelas yang sama. Kedua anak ini nampak sangat pendiam. Setiap menjawab pertanyaan hanya sepatah-sepatah, seperlunya saja.
                Tak lama kemudian datang anak-anak  lainnya. Tanya punya tanya, nama mereka Ratih, Ridwan, Nabila, Aulia, dan Puput. Ratih , Ridwan dan Nabila duduk di kelas empat. Sementara Aulia dan Puput duduk di kelas dua. Tak lama, datang Fira. Diperkirakan, Fira kira-kira duduk di Taman Kanak-kanak. Tapi, berdasarkan survey yang dilakukan bersama Dhina, diperoleh informasi kalau Fira tidak sekolah di TK. Nanti langsung masuk SD. Orangtuanya khawatir  jika nantinya Fira tidak bisa masuk SD, karena syarat masuk SD sekarang salah satunya adalah bisa baca tulis, sementara anaknya tidak masuk taman kanak-kanak. Itu sebabnya orang tuanya sangat bersemangat untuk mengikutkan Fira ke program ini.
                Setelah Dhina datang, dan anak-anak berkumpul maka kami memulai acara perkenalan. Acara perkenalan menggunakan games, dimana setiap anak mengelilingi kertas koran sambil mendengar lagu Nyamuk Nakal nya Enno Lerian, penyanyi cilik yang sekarang menjadi artis sinetron. Anak yang tidak kebagian koran akan dihukum untuk memperkenalkan dirinya. Pertama, Nanda. Sempat bingung, Nanda memperkenalkan namanya. Selesai memperkenalkan diri, Dhina memberikan satu bungkus plastik kecil yang berisi sebuah blocknote, pensil, penghapus, dan rautan pensil. Begitu seterusnya sampai semua anak-anak memperkenalkan diri.
                Setelah perkenalan, barulah proses belajar dimulai. Dhina menghandle Ridwan, Ratih dan Nabila, belajar matematika. Puan menghandle Fira, Puput, Aulia, dan Dinda, si empunya ulang tahun yang datang belakangan. Saya sendiri mengajari Nanda dan Rani.
                Tak  lama kemudian, datang Fika dan Frita. Fika langsung mengambil alih Puput dan Aulia. Frita mengajari Nabila belajar menulis huruf arab. Ketika tiba, Nabila memang sempat meminta untuk diajari pelajaran Bahasa Arab. Terus terang, agak kecut karena tidak memperkirakan ada pelajaran Bahasa Arab. Sebuah pelajaran yang sangat akrab dengan saya selama SD, tapi kurang dikaji setelahnya.
                Fika tampak tidak kesulitan mengajari Puput, sementara Aulia sibuk kesana kemari karena dia sepertinya menemukan kesenangan “mengajari”  anak-anak lain. Jika ditanya ada PR  atau tidak, dia menjawab dia punya 5 pr, tapi jika mau diajari, dia bilang “nanti aja dikerjakan”, atau “udah siap kok”. Sebentar dia bilang PRnya 5, sebentar dia bilang PRnya cuma dua.
                Dhina tampak semarak dengan Ratih dan Ridwan. yang tampak bersemangat belajar matematika.Puan sibuk mengajari Fira dan Dinda huruf-huruf dan berhitung. Frita asyik mengajari Nabila pelajaran agama (thank god ada Frita). Saya sendiri tidak menemui kesulitan dalam menangani Rani dan Nanda. Rani, anaknya cerdas. Dia bahkan meraih juara kelas. Nanda sendiri, rajin belajar namun suka terbalik menggunakan huruf dan tidak  jarang lupa menuliskan salah satu huruf sehingga bacaannya bisa menjadi “setirka” untuk seterika, “enegi” untuk energi, dan sebagainya.
                Dengan segala dinamika dan karakteristik, tetap saja menyenangkan mengajari mereka. Sampai ketemu lagi di hari kamis, nantikan buku Kuark yang akan kami bawakan ya….